Header Ads

BBC Ads
Breaking News
recent

Tak Punya Biaya Operasi, Tetap Bekerja Demi 10 Adiknya

Arifin


GUNUNG TABUR – Kehidupan Ramlah benar-benar ibarat ujian tiada henti. Janda dengan 11 anak ini sebenarnya mengaku bersyukur karena kini banyak bantuan mengalir dari para donatur. Namun, masih ada lagi yang menjadi pikirannya yakni Arifin, anak tertuanya yang berusia 22 tahun.

“Tangannya patah, sudah satu tahun lalu,” sebut Ramlah. Anaknya itu jatuh dari motor. Karena tak punya biaya, terpaksa hanya diurut sesekali. Tak mau berlama-lama mengeluh sakit, anak pertama Ramlah itu tetap memaksakan diri bekerja di kebun orang lain, demi kelangsungan hidup ibu dan adik-adiknya.

Ketika dikunjungi media ini, tangan kiri Arifin tampak terikat di pundak. Bahkan, Arifin mengaku sudah mulai tak merasakan keberadaan tangannya. Dikhawatirkan, syaraf-syaraf di tangan kirinya itu sudah tak lagi menyambung.

Meski dalam kondisi begitu, Arifin mengaku harus bekerja. “Ya buat makan mamak dan adik-adik,” katanya. Padahal, upah yang didapat dari membantu di kebun orang lain hanya Rp 500 ribu sebulan.

Arifin berharap, ada donatur maupun pemerintah yang membantu biaya operasi atau pengobatan tangannya. “Ya pengen sembuh, kalau ada biayanya,” katanya.

Seperti dikabarkan, Ramlah adalah janda 11 anak yang berjuang membesarkan anaknya seorang diri. Suaminya meninggal sejak 2 tahun lalu. Karena tak punya tempat tinggal, ia pun menumpang di rumah milik warga di Jalan Bunyu, Kampung Paribau, Gunung Tabur, Berau.      

Untuk bertahan hidup, mereka hidup apa adanya. Bahkan dua butir telur bisa dipakai lauk untuk makan bersama seluruh anaknya sehari. Telur itu dicampur tepung dan penyedap rasa. Makan pun hanya bisa dijatah siang dan malam. (*)

 

 

Tidak ada komentar:

BeritaBerau99@gmail.com. Diberdayakan oleh Blogger.