Ramlah, Janda 11 Anak Ini Hidup Memprihatinkan
![]() |
Ramlah (kiri) bersama sebagian anaknya. |
GUNUNG TABUR - Ramlah, janda dengan 11 anak ini hidup dalam
kondisi yang cukup memprihatinkan. Tinggal menumpang di rumah kayu bersebelahan
dengan kandang ayam, wanita berusia 47 tahun itu kini harus berjuang
membesarkan semua anaknya seorang diri.
“Ya beginilah kondisinya, mau bagaimana lagi,” sebut Ramlah
dengan mata berkaca-kaca saat ditemui di sebuah rumah kayu di Paribau, Gunung Tabur,
Berau.
Ramlah menyampaikan, awalnya ketika suaminya masih hidup,
tinggal di sebuah rumah di Paribau dengan kondisi yang masih lumayan. Namun saat
itu, tanahnya juga masih disewa, bukan milik sendiri.
September 2018 lalu, suaminya meninggal karena penyakit
diabetes yang sudah menggerogoti tubuhnya. Saat itu pula, ia tidak boleh lagi
tinggal di tanah yang disewa itu.
Beruntung, ada pemilik kandang ayam yang mau meminjami
pondok sederhana yang kini menjadi tempatnya bernaung bersama 10 anaknya. Rumah
kayu itu hanya memiliki dua kamar, yang dipakai tidur bersama.
“Satu anak saya perempuan sudah berkeluarga, ikut suaminya,”
ujar Ramlah. Sementara 10 anaknya yang lain laki-laki, dan kini tinggal
bersamanya dengan hidup apa adanya. Dari 10 anak itu, 6 di antaranya masih
bersekolah. Sementara yang paling kecil baru berusia 3 tahun.
Untuk bisa menyambung hidup, anak-anaknya terkadang bekerja
di kebun dengan hasil seadanya. “Kalau anak-anak membantu di kebun orang,
kadang dikasih upah,” katanya. Hasil itu pula yang akan dibelikan bahan makanan.
Beruntung jika ada mereka yang dermawan, saat itulah Ramlah mengaku bisa
memasak cukup lumayan.
“Kalau ngga ada ya metik daun singkong di kebun orang. Tapi
sudah izin sama yang punya,” katanya.
Jika pun mendapat bantuan beras atau telur, maka dua butir
telur akan dicampur tepung dan dikasih bumbu penyedap. Dua butir telur itulah
dipakai lauk untuk makan dua kali dalam satu hari. “Ya cukup saja,” imbuhnya.
Mimpi Ramlah tak muluk-muluk. Ia berharap bisa memiliki
tanah, dan bisa membuat pondok sendiri. “Sementara belum ada ya numpang di
sini,” sambung Ramlah.
Ia juga berharap, anaknya bisa terus bersekolah meski dalam
kondisi apa adanya. Meski hidup dalam kondisi ekonomi terbatas, anak-anak
Ramlah masih tetap semangat bersekolah. Bahkan anaknya cukup berprestasi di
sekolah dan berhasil juara kelas.
“Anak-anak tetap sekolah berkat bantuan dari pemerintah. Ada
yang rangking tiga di kelas dan satunya lagi ranking satu,” tambahnya.
Apalagi saat belajar daring saat ini, tak semua anaknya
memiliki handphone. Mau tidak mau, handphone yang ada harus dipakai bergantian.
“Jaringan juga susah. Anak-anak harus naik ke bukit supaya
dapat sinyal bagus,” pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar: