Ketua RT dan Lurah Usahakan Dapat BLT
![]() |
Ketua RT (kiri), Lurah (3 dari kanan) dan Ahmad (2 dari kanan). |
BBC – Setelah sempat viral di media sosial karena menjual HP
butut demi beras, pasangan muda suami istri Ahmad – Elisa itu akhirnya disambangi
Ketua RT 14 Rendi, dan Lurah Tanjung Redeb Harjupri.
Saat dikunjungi Minggu (17/5) malam tadi, di dalam rumah Ahmad
sudah penuh dengan beberapa tamu. Ada yang perorangan, maupun kelompok atau
organisasi. Mereka memberikan sumbangan kepada pasangan ini.
Di antara tamu yang datang itu, terlihat Ketua RT 14 Rendi dan Lurah Tanjung Redeb, Harjupri. Kedua pejabat tersebut datang untuk mengklarifikasi pemberitaan yang sempat viral tersebut.
“Saya tahunya baru malam tadi, setelah dihubungi pak Lurah,”
sebut ketua RT 14, Rendi.
Rendi kemudian menjelaskan, Ahmad dan istrinya jelas tidak masuk
dalam penerima dana bantuan langsung tunai (BLT) karena saat proses pendataan,
pasangan muda itu belum tinggal di tempat itu. “Sebagai warga yang baru datang,
dia juga tidak ada lapor. Saya juga baru tahu ada warga yang tinggal di lingkungan
sini,” ujarnya. Sementara pemilik rumah sewa juga sibuk bekerja sehingga belum sempat
melaporkan penyewa rumah ke RT.
“Jadi, bukan saya tidak memperhatikan warga saya, tapi
ketidaktahuan saya ada warga yang tinggal di lingkungan saya. Seharusnya dia
pro aktif melaporkan, jadi saya tahu. Jika lapor, saya pasti tanya pekerjaannya.
Kalau ada masalah, bisa diselesaikan bersama,” beber Rendi.
Karena itu, ia meminta persoalan ini tidak sampai
dipolitisir. “Permasalahannya, sudah jelas. Tidak ada yang perlu disalahkan. Mas Ahmad tidak
tahu kalau dia harus lapor. Sementara saya sebagai RT juga tidak tahu, karena belum
sempat melapor ke saya. Semuanya ini terjadi secara spontanitas, karena ada niat
baik warga yang ingin membantu,“ ulasnya.
Senada, Lurah Tanjung Redeb Harjupri juga mengaku terkejut
ketika melihat kabar beredar di media sosial. “Saya baru buka HP menjelang
salat isya. Kok ada warga seperti ini yang muncul di lingkungan saya. Saya tanya
ke beberapa RT, tidak ada yang kenal. Jadi saya ajak ketua RT langsung ke sini,”
urainya.
Harjupri mengaku kerap mengingatkan, jika ada masalah apa
pun, termasuk masalah sosial, seperti warga tidak mampu, berharap memberikan laporan.
“Kami tidak mungkin melihat ke seluruh warga. Saya harap dilaporkan. Supaya kalau
ada apa-apa, bisa segera melakukan tindakan,” bebernya.
Ternyata setelah dicek, Ahmad belum ada lapor ke RT. “Kami
bukan ingin membela diri. Ini jadi pembelajaran bersama. Sebaiknya kalau ada apa-apa
bisa melapor ke RT,” sambungnya.
Yang disayangkan, karena belum melapor, Ahmad pun belum masuk
dalam daftar penerima dana bantuan langsung tunai (BLT). “Tapi nanti akan kami
upayakan, semoga bisa disusulkan. Kalau memang masih memungkinkan akan kita
usahakan,” ujarnya.
Menurutnya, kasus ini tentu menjadi pelajaran bagi semua
pihak. “Kami juga merasa tidak nyaman, ada warga seperti ini kok sampai tidak
tahu. Ya kami tidak tahu karena tidak ada laporan. Sementara RT tidak tahu
karena warga tidak melapor. Ini pelajaran bagi semua, harapannya seluruh warga
kalau ada apa-apa bisa lapor,” sarannya.
Disampaikan Harjupri, ternyata kartu keluarga dari Ahmad
juga belum pisah dari orang tuanya. “Ini fakta masih ada saja warga belum paham
administrasi kependudukan. Kadang kita kesusahan mengurus warga, karena tidak
tertib administrasi. Tapi kami berterima kasih banyak warga sudah membantu. Rekan
media juga sudah membantu, sehingga kami tahu. Mudah mudahan ke depan bisa
lebih baik lagi,” harapnya.
Di tempat yang sama, Fadli, pemilik rumah sewa yang
ditempati Ahmad juga mengakui, rumah itu sempat kosong cukup lama. “Mas Ahmad
ini baru masuk, belum satu bulan,” sebutnya. Ia pun menyayangkan kenapa Ahmad tidak
melaporkan ke ketua RT setempat sesaat setelah tinggal di rumah tersebut.
Sementara itu, Ahmad yang memiliki nama lengkap Eko Ahmad
Laedi ini pun meminta maaf, dan tidak mengira apa yang ia lakukan itu viral di
media sosial. Yang ia lakukan ketika itu adalah, bagaimana bisa makan sehingga ingin
menjual HP butut satu-satunya, untuk beli beras.
“Saya tidak ada untuk sahur dan buka puasa. Saya akhirnya
dibantu beras bapak itu,” ucapnya sembari menunjuk Yosi, pengelola Rumah Kreatif
Berau yang berlokasi di Jalan Pulau Semama Tanjung Redeb.
Dari pengakuan Ahmad, meski sudah menikah, dia belum
memiliki kartu keluarga sendiri, sehingga masih masuk dalam kartu keluarga
orang tuanya. Ahmad yang bekerja sebagai kuli ini juga tidak mengira bisa kehilangan
pekerjaan begitu cepat.
“Saya biasanya dapat upah harian. Sehari dapat Rp 120 ribu,”
bebernya. Setelah Corona mewabah dan harus berhenti bekerja, barulah Ahmad
merasa kebingungan. Hampir dua minggu tak ada uang, sehingga tidak bisa makan. Jalan
terakhir ingin menjual HP butut satu-satunya.
Ahmad yang baru berusia 17 tahun itu mengakui, tinggal di
rumah sewa Jalan Pemuda Gang 99 belum genap satu bulan. Ia pun mengakui, tidak
melaporkan diri ke ketua RT. “Saya tidak tahu. Saya minta maaf,” ucapnya menyesal.
Ia juga berterima kasih atas perhatian yang sudah diberikan,
termasuk dari aparat ketua RT hingga Lurah Tanjung Redeb. Termasuk sebelumnya dari
wakil bupati Berau Agus Tantomo, yang sudah memberinya sejumlah uang. (*)
Baca berita sebelumnya:
Tidak ada komentar: